Awal cerita: kenapa saya mesti repot bawa alat survival
Malam itu, di tengah hujan yang datang tiba-tiba, saya berdiri membongkar tenda sambil menggenggam headlamp yang beberapa kali mati hidup. Bukan pengalaman paling dramatis dalam hidup saya, tapi cukup untuk membuat saya serius mengecek ulang semua perlengkapan. Sejak saat itu saya jadi lebih pilih-pilih. Bukan cuma soal merek atau harga, tapi soal fungsi nyata di lapangan — yang sering kalah oleh pemasaran.
Review singkat beberapa gear yang saya pakai (jujur, tanpa basa-basi)
Backpack: saya pakai daypack 30–35L saat hiking kilat dan carrier 60L untuk trip panjang. Yang saya hargai: frame yang ergonomis, strap pinggang yang empuk, dan kompresi yang mudah dijangkau. Kantong luar yang gampang untuk botol air itu kecil tapi sangat berpengaruh di saat hujan. Tip: cari ritsleting yang kuat — saya pernah rusak karena ritsleting murahan; sejak pakai YKK atau setara, hidup lebih tenang.
Headlamp: lampu depan dengan mode merah sangat berguna untuk navigasi di malam hari tanpa mengganggu teman. Pilih lampu yang punya mode SOS dan lampu medium yang tahan lama. Jangan tergoda lumen tinggi tanpa cek runtime; 1000 lumen itu keren, tapi jika cuma bertahan 30 menit, apa gunanya?
Multitool dan pisau lipat: saya selalu bawa multitool kecil plus pisau lipat. Multitool idealnya terasa solid, engsel tidak kendor, dan setiap alat terkunci saat digunakan. Pisau harus mudah diasah dan punya ergonomi yang nyaman. Satu catatan: pisau murah seringkali cepat tumpul, jadi lebih baik investasi pada satu bilah bagus.
Kompor dan alat makan: saya pernah pakai canister stove dan juga wood-burning stove. Canister lebih praktis, apinya stabil, dan lebih aman untuk pemula. Tapi wood stove memberi pengalaman yang beda—aroma kayu, dan kalau bijak, lebih hemat bahan bakar di area berlimpah. Peralatan masak sebaiknya ringan tapi tebal di bagian dasar untuk menghindari gosong.
Sleeping bag dan matras: temperatur yang tercantum di label seringkali optimistis. Lebih baik pilih sleeping bag yang rated sedikit lebih hangat daripada yang dibutuhkan. Matras: inflasi cepat dan tahan bocor, itu prioritas saya. Tidur nyenyak itu bukan barang mewah; itu investasi.
santai tapi penting: tips memilih gear tanpa overbuy
Mulai dari kebutuhan: akan dipakai buat apa? Hobi naik gunung sekali setahun tidak perlu alat ekspedisi seberat 3 kg. Pikirkan fungsi, bukan hanya fitur. Misalnya, jika kamu sering trekking basah, cari bahan yang quick-dry dan jahitan sealed. Kalau kamu sering solo trip, prioritaskan keselamatan: PLB atau beacon kecil, dan peralatan navigasi yang bisa diandalkan.
Coba sebelum beli: banyak toko outdoor sekarang menerima pengembalian atau punya policy test. Bahkan kalau belanja online, baca review pengguna yang benar-benar pakai gear itu di kondisi ekstrim. Saya sendiri sering ngintip forum dan blog — atau sesekali mampir ke theextremeeshop untuk bandingkan spesifikasi karena mereka punya deskripsi yang cukup detail.
Jangan tergoda “ringan-semu”: banyak produk ultra-light memang menggoda, tapi pastikan tidak mengorbankan kenyamanan dan keselamatan. Kadang menambah 200-300 gram untuk frame yang lebih nyaman itu worth it.
Perawatan gear — karena merawat itu hemat
Setiap pulang trip, perlakukan gear seperti tamu yang harus disambut: bersihkan kotoran, keringkan sebelum disimpan, dan periksa kerusakan. Untuk sleeping bag, jangan simpan terkompresi lama-lama; gunakan storage sack longgar supaya isi (down atau synthetic) tetap fluffy. Cuci gear sesuai panduan; seringkali shampoo biasa bisa merusak treatment waterproof pada jaket, jadi pakai produk khusus.
Untuk kompor dan stove, bersihkan nozzle dan cek O-ring. Simpan canister di tempat yang sejuk dan kering. Pisau dan multitool: keringkan, beri minyak ringan pada engsel, dan asah pisau dengan cara yang benar. Ritsleting? Gosok sedikit wax atau gunakan silicon untuk menjaga kelancaran. Hal-hal kecil seperti ini mencegah masalah besar di tengah hutan.
Penutup: pelan-pelan dan enjoy the learning
Saya masih sering salah pilih gear. Masih ada bagasi pengalaman: terlalu percaya promo, salah ukuran, atau salah material. Tapi setiap kesalahan mengajarkan satu hal: gear terbaik adalah yang sesuai kebutuhanmu dan bisa diandalkan saat paling dibutuhkan. Belajar dari pengalaman sendiri, ngobrol dengan teman yang lebih senior, dan lakukan test gear di lingkungan aman sebelum bawa ke trip ekstrim. Kalau mau, saya bisa share checklist praktis yang saya pakai sebelum berangkat — cukup bilang ya, dan saya kirim di postingan berikutnya.