Aku selalu bilang, gear bagus itu seperti teman lapangan: kadang berisik, kadang menyebalkan, tapi kalau diajak kerja bareng, hidupmu lebih aman. Setelah beberapa tahun blusukan ke gunung, bolak-balik ke pantai terpencil, dan ikut beberapa kursus survival, aku akhirnya punya daftar barang favorit dan kebiasaan merawat yang mudah diikuti. Tulisan ini campuran review singkat, tips memilih untuk olahraga ekstrem, dan panduan perawatan yang aku gunakan sendiri — ya, barang-barang itu kini punya baret kenangan juga.
Apa saja yang aku uji (deskriptif): dari sepatu hingga filter air
Singkatnya, gear yang sering kusentuh: sepatu boots tahan air, jaket shell ringan, sleeping pad, tarp, kompor mini, filter air portabel, headlamp, dan multitool. Boots yang kukendarai tiap pendakian punya sol grippy dan ankle support yang oke; jaket shell menahan hujan bukan hanya gerak-gerik; filter air—itu penyelamat ketika sumber air keruh. Kompor mini favoritku simpel, mudah dibersihkan, dan hemat bahan bakar. Multitool selalu di kantong pinggang, karena pernah kami bikin improvisasi tenda dari tarp dan tali hanya dengan alat itu.
Secara keseluruhan: pilih gear yang fungsional dan mudah diperbaiki. Saat kondisi ekstrim, sesuatu yang “canggih” tapi rumit sering jadi boomerang. Aku beberapa kali belanja suku cadang dan aksesori di theextremeeshop, karena pilihan mereka pada peralatan dasar dan spare part cukup lengkap.
Harus bawa semua itu? (pertanyaan yang sering muncul)
Bukan berarti harus bawa semua. Kuncinya memilih berdasarkan aktivitas dan risiko. Kalau kamu naik gunung musim hujan, prioritaskan jaket waterproof, boots, dan sistem penjernihan air. Untuk kegiatan rock scramble atau canyoning, fokus pada sepatu khusus, helm, dan tali yang certified. Intinya: evaluasi medan, durasi, dan kemungkinan evakuasi.
Satu trik: bikin checklist modular. Misal: “Essentials” (air, shelter minimal, api, komunikasi), “Comfort” (sleeping pad, bantal kecil), dan “Redundancy” (cadangan filter, senter ekstra). Dengan begitu, kamu tidak kebablasan packing dan tetap siap saat situasi berubah.
Tips perawatan ala santai: gampang kok, jangan panik
Perawatan gear itu sebenarnya ritual sederhana. Aku punya kebiasaan setelah trip: bilas keringan dan tanah dengan air hangat (jangan sabun keras pada bahan waterproof), keringkan di tempat teduh, dan simpan di tempat yang tidak lembap. Untuk jaket dengan lapisan DWR, sesekali semprot ulang DWR dan lakukan re-proofing sesuai instruksi.
Sepatu boots? Bersihkan lumpur, keringkan secara alami (jangan dekat api), isi dengan kertas koran agar bentuknya tetap, dan semprot pelindung jika perlu. Filter air harus disikat halus pada sela-sela, biarkan bagian dalam kering total sebelum disimpan. Multitool dan komponen logam: lap dengan kain berminyak ringan untuk mencegah karat, dan cek baut atau rivet secara berkala.
Untuk peralatan elektronik seperti headlamp, tarik baterai jika tidak dipakai lama. Baterai yang bocor bisa merusak konektor. Jika senter basah, buka bagian-bagiannya, keringkan, dan cek seal O-ring—jika aus, segera ganti. Banyak produk spare part bisa ditemukan di toko outdoor atau online; aku sering browsing dan beli suku cadang kecil di theextremeeshop supaya bisa memperbaiki sendiri.
Opini pribadi dan satu cerita kecil
Aku pernah satu malam nyaris kebasahan total karena tarpaulin yang robek saat badai. Untungnya, multitool dan beberapa meter paracord jadi penyelamat — kami bikin perbaikan darurat dan tetap kering. Sejak itu aku pilih tarp yang materialnya gampang dijahit dan tak takut bawa alat jahit mini. Pelajaran: gear terbaik bukan yang paling mahal, tapi yang paling sesuai kondisi dan mudah diperbaiki di lapangan.
Di akhir hari, merawat gear itu seperti berterima kasih pada peralatan yang sudah menyelamatkanmu — sedikit usaha setelah trip membuat pengalaman kamu berikutnya lebih nyaman dan aman. Selamat berburu petualangan, dan jangan lupa catat tiap lecet di peralatanmu; itu cerita yang nanti bisa kamu bawa pulang.